Tuesday 22 March 2011

cinta yang sebenar-benar cinta di sisi Allah.

terlalu tinggi kemuliaan dan darjat Rasulullah SAW :
untuk renungan bersama ;
mungkin kita terlupa dengan artikel ini. detik-detik
Rasulullah SAW menghadapi sakaratul maut. ada
sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar
cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan
Rasul-Nya.
pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning,
burung-burung gurun enggan mengepakkan
sayap. pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas
memberikan khutbah, "wahai umutku, kita semua
ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya.
maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. ku
wariskan dua perkara pada kalian, Al-Quran dan
sunnah ku. barang siapa mencintai sunnahku,
bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang
mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama
aku." khutbah singkat itu diakhiri dengan
pandangan mata Rasullullah yang tenang dan
penuh minat menatap sahabatnya satu persatu.
Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca,
Umar hanya naik turun menahan nafas dan
tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali
menundukkan kepalanya. isyarat itu telah datang,
saatnya sudah tiba. " Rasulullah akan meninggalkan
kita semua ", keluh hati semua sahabat kala itu.
manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan
tugasnya di dunia. tanda-tanda itu semakin kuat,
tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap
Rasulullah yang bekeadaan lemah dan goyah ketika
turun dari mimbar. di saat itu, kalau mampu,
seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan
menahan detik-detik berlalu.
matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah
masih tertutup. sedang di dalamnya, Rasulullah
sedang terbaring lemah dengan keningnya yang
berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang
menjadi alas tidurnya.
tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang
berseru mengucapkan salam. " boleh saya masuk?
" tanyanya. tapi Fatimah tidak mengizinkannya
masuk, " maafkanlah, ayahku sedang demam ",
kata Fatimah yang membalikkan badan dan
menutup pintu. kemudian ia kembali menemani
ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan
bertanya pada Fatimah,
" siapakah itu wahai anakku? " " tak tahulah ayahku,
orang seperti baru sekali ini aku melihatnya ", tutur
Fatimah lembut. lalu, Rasulullah menatap puterinya
itu dengan pandangan yang menggetarkan.
seolah-olah bahagian demi bahagian wajah
anaknya itu hendak dikenang. " ketahuilah, dialah
yang menghapuskan kenikmatan sementara,
dialah yang memisahkan pertemuan di dunia.
dialah malaikatul maut ", kata Rasulullah. Fatimah
pun menahan ledakkan tangisnya.
malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah
menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama
menyertainya. kemudian dipanggilah Jibril yang
sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia
menyambut roh kekasih Allah dan penghulu dunia
ini.
" Jibril, jelaskan apa hak ku nanti di hadapan Allah? "
tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah. "
pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah
menanti rohmu. semua syurga terbuka lebar
menanti kedatangan mu ", kata Jibril. tapi itu
ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega,
matanya masih penuh kecemasan. " engkau tidak
senang mendengar khabar ini? ", tanya Jibril. "
khabarkan kepada ku bagaimana nasib umatku
kelak? " kata Rasulullah. " jangan khuatir, wahai
Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah
berfirman kepadaku ; ' Ku haramkan syurga bagi
siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada
di dalamnya. ' ", jawap Jibril.
detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan
tugas. perlahan roh Rasulullah ditarik. nampak
seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-
urat lehernya menegang.
" Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini. " perlahan
Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang
di sampingnya menunduk semakin dalam dan
Jibril memalingkan muka. " jijikkah kau melihatku,
hingga kau palingkan wajahmu Jibril? " tanya
Rasulullah pada malaikat penghantar wahyu itu. "
siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah di
renggut ajal ", kata Jibril. sebentar kemudian
terdengar Rasulullah memekik kerana sakit yang
tidak tertahankan lagi. " Ya Allah, dasyatnya maut
ini, timpakan saja semua seksa maut ini kepadaku,
jangan pada umatku. " badan Rasulullah mulai
dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan
sesuatu, Ali segara mendekatkan telinganya "
uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku ",
peliharalah solat dan peliharalah orang-orang
lemah di antaramu. " di luar pintu tangis mulai
terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali
kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah
yang mulai kebiruan. " umatku, umatku, umatku. "
dan berakhirlah hidup manusia mulia yang
memberi sinaran itu. kini, mampukah kita
mencintai sepertinya??
Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa
salim 'alaihi. betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

No comments: